Perjuangan Hidup
Seorang Ayah
Oleh : Tri Puji Astuti
Pahlawan sejati adalah seorang yang berani, jujur, adil,
mau berkorban dan
memiliki keikhlasan yang tulus dalam dirinya. Semangat
dalam diri tidak sekedar
tumpah darahnya, keringatnya, ataupun jiwa raganya, namun
seorang pahlawan
memiliki tujuan yang diperjuangkan, ada seseorang yang
mereka bahagiakan dalam
hidupnya. Tak peduli sesakit dan seberat apapun yang
harus diterima, dipikul,
olehnya. Pahlawan bukan hanya yang gugur di medan perang,
tapi perjuangan
ayah adalah pahlawan yang hebat yang ada di dunia ini.
Ayah seorang lelaki yang selalu berusaha bersikap adil
kepada semua anggota
keluarga, berkeinginan melihat anaknya sukses di masa
depan, dan ayah adalah
seorang yang sangat baik hati. Mendidik semua anaknya
dengan ketulusan hati dan
penuh perjuangan. Tak pernah kenal lelah selalu
memberikan yang terbaik, meski
terkadang kecewa selalu di dapati olehnya, namun selalu
saja senyum dan
kebaikannya yang tulus tahu bahwa ayah adalah orang
pilihan untuk terus berjuang.
Berawal dari perjuangan ayah di pagi buta yang masih
tersisa gelapnya malam,
kala itu semua orang tertidur nyenyak di ranjang dengan
udara dinginnya pagi,
namun ayah sudah bergegas mempersiapkan barang
dagangannya. Tak lupa ayah
bedoa di pagi hari itu, semoga hari ini pembeli dating
dengan ramai membeli
dagangannya. “ucapnya dalam doa”.
Setelahnya ia melanjutkan
pekerjaannya
bergelut dengan panasnya api, mendidihnya air, dan bau
amisnya ikan, tangantangan
lembutnya mulai bergerak membuat suatu pola, sedemikian
rupa dibuatnya
dengan baik dan sempurna. Keringatnya mulai bercucuran,
namun tak peduli
dengan hal itu, yang ada di benaknya hanya hari ini
adalah sukses , dan harus bisa
mencapainya.
Cerita tentang ayah tiada habisnya perjuangan ayah tidak
hanya ketika
menghidupkan keluarganya saja, namun sejak kecil ayah
sudah tinggal dengan
orang lain, yaitu dengan ayah angkatnya. Ayah
ditinggalkan oleh keluarganya sejak
kecil, hidup dengan orang lain tidak semudah dan
sebahagia itu, meskipun ayah
merasa beruntung bahwa masih ada yang mau mengasuhnya.
Kala itu ayah
bersekolah dengan keadaan terbatas. Dalam ceritanya bahwa
sebelum pergi
sekolah ayah dan teman-temannya sarapan dengan mencari
buah jatuh di rumah
tetangga, yang masih menjadi pertanyaan ayah mengapa dulu
memakan buah yang
rasanya masam tidak sakit perut., pertanyaan yang unik
yang dilontarkan ayah, dan
ketika sekolah dulu ayah pergi ke sekolah tidak dengan
alas sepatu, hanya
bermodalkan satu buku, pensil, dan penghapus bisa
dibayangkan ketika pulang
sekolah dengan berjalan tanpa memakai alas sepatu di
keadaan teriknya matahari.
Tidak heran jika kaki-kaki kecilnya melepuh dengan
panasnya matahari dalam
perjalanan menuju pulang. Hal itu tidak dibuat masalah
olehnya, “karena dengan
banyaknya teman rasa sakit itu hilang yang terpenting
kebersamaan selalu ada.”
Ucap ayah. Sepulangnya sekolah pergi ke ladang membantu
ayah angkatnya, atau
mencari uang dengan ikut bekerja dengan orang lain, waktu
bermain hanya untuk
bermain bola di sore hari dengan teman sebayanya, ketika
petang tiba dilanjutkan
untuk mengaji dan mengerjakan tugas sekolah. Ayah ketika
sekolah adalah murid
yang pintar mendapatkan peringkat pertama dari kelas 1
sampai 6. Hebat bukan !!!.
dengan keterbatasan sekolah yang serba seadanya, namun
semangat belajarnya
tinggi. Padahal saat itu sistem belajar yang guru
sampaikan tulis di papan tulis
kapur sebuah materi jika akan berganti materi, maka
materi awal langsung di hapus
begitu saja. Terkadang terlintas berpikir bahwa orang
zaman dulu daya nalarnya
tinggi juga, belajar hanya dengan setengah jam, tapi
dalam hal mengingat para
muridnya dapat menguasai materi tersebut dalam sehari.
namun sayang ketika
ayah ingin melanjutkan sekolah ke jenjang menengah harus
kandas dengan
keadaan ekonomi ayah asuhnya. Dengan berat hati ayah
tidak melanjutkan
pendidikannya. Karena pada zaman dahulu zaman nya nikah muda,
maka ayah
pun begitu. Ayah bertemu gadis satu kampung, yaitu ibu.
Dan hanya berjalan dua
bulan tanpa pacaran, hanya sekedar jalan dan jajan. Tak
lama ayah pun menikah
dengan ibu, dan ayah memutuskan untuk bekerja, berawal
dari pekerjaan di ladang,
sampai pada akhirnya kawan ayah mengajak ayah untuk
merantau di daerah
sebrang. Bermodalkan keahliannya berladang ayah pun ikut
dengan kawannya
merantau, tetapi apa yang di dapati hasil upah yang ayah
dapat tidak dapat
mencukupi kehidupan di kampung. Tak lama ayah kembali ke
kota tempat
kelahirannya, dan bertemu dengan pengusaha sukses. Ayah
ditawarkan untuk
menjadi karyawan di tempat pengusaha tersebut, dan ayah
pun mulai bekerja di
tempat kerjanya, sambil bekerja ayah belajar resep dan
membuat makanan dari
tempat kerjanya. Ayah merasa beruntung bertemu dengan
orang baik yang mau
berbagi ilmu suksesnya dengan ayah, dan ayah diberi izin
untuk mengembangkan
usahanya sendiri. Sejak itu ayah mulai merintis dengan
berjualan kecil-kecilan,
awalnya berjualan dengan memikul dagangannya. Ada satu
kejadian yang cukup
menyedihkan. Awal merintis usahanya dengan memikul
dagangan ayah mengalami
kecelakaan dijalan yang mengakibatkan mangkuk-mangkuk dan
makanan yang
dibawanya berhamburan dan pecah. Ayah mengalami kerugian ”belum
mendapat
keuntungan sudah mendapat rugi” ucap ayah. Perjuangan ayah tidak putus sampai
disitu, karena kejadian itu ayah tetap melanjutkan
usahanya itu, sampai pada
akhirnya ayah dapat membeli sebuah toko untuk berjualan
tetap. Sampai pada
akhirnya ayah memiliki karyawan yang cukup banyak, dan
ayah sangat baik
memperlakukan karyawannya, sampai-sampai karyawan ayah
bisa membeli motor,
karena kebaikannya ayah selalu disegani oleh oarng
banyak, sampai terkadang
anaknya pun dikenal orang, terlebih orang pasar, siapa
yang tak kenal ayah yang
baik hati ini.
.Selama 30 tahun perjuangan ayah bergelut dengan
keringatnya, jatuh sampai
bangun kembali merintih usahanya sampai pada saat ini
membuahkan hasil yang
manis, kehidupannya lebih baik. Ayah tersenyum dan
menangis melihat sebuah
harapan akhirnya dapat tercapai, namun senyum ayah belum
selesai sampai disitu,
masih banyak yang ayah tanggung, yaitu menyekolahkan
anak-anaknya sampai ke
jenjang pendidikan tinggi, karena ayah berkaca diri
semasa dulu ayah tidak dapat
melanjutkan pendidikan karena tidak memiliki cukup biaya,
maka saatnya ayah
memberi fasilitas lebih kepada ayahnya, agar anaknya
dapat bersekolah dengan
pendidikan yang lebih baik darinya. Cita-cita ayah
sederhana, hanya ingin melihat
anaknya lulus sekolah sampai pendidikan tinggi, ” agar tidak mudah
dibodohi dan
dibohongi orang, terlebih ayah tidak suka jika anaknya di
caci maki oleh orang lain,
cukup ayah yang merasakan hal tersebut”.
Ucap ayah. Ayah
perjuanganmu sangat
besar, bahkan tak bisa terbalaskan oleh pengorbananku
yang hanya sekedar
belajar di kelas, panas, dingin, sesakit apapun jiwa
ragamu, kau tak pernah lelah
berjuang. Ayah semoga kau bisa memaafkan kesalahan orang
lain, memaafkan
perkataan orang banyak yang menacaci maki, yang merendahkan
mu tanpa melihat
awal perjuangan, dan sabar dalam menghadapi sebuah
kekecewaan. Ayah
pengorbananmu tak akan pernah terlupa oleh semua
keluargamu, karena dirimu
adalah
pahlawan yang terbaik.
Perjuangan Hidup
Seorang Ayah
Oleh : Tri Puji Astuti
Pahlawan sejati adalah seorang yang berani, jujur, adil,
mau berkorban dan
memiliki keikhlasan yang tulus dalam dirinya. Semangat
dalam diri tidak sekedar
tumpah darahnya, keringatnya, ataupun jiwa raganya, namun
seorang pahlawan
memiliki tujuan yang diperjuangkan, ada seseorang yang
mereka bahagiakan dalam
hidupnya. Tak peduli sesakit dan seberat apapun yang
harus diterima, dipikul,
olehnya. Pahlawan bukan hanya yang gugur di medan perang,
tapi perjuangan
ayah adalah pahlawan yang hebat yang ada di dunia ini.
Ayah seorang lelaki yang selalu berusaha bersikap adil
kepada semua anggota
keluarga, berkeinginan melihat anaknya sukses di masa
depan, dan ayah adalah
seorang yang sangat baik hati. Mendidik semua anaknya
dengan ketulusan hati dan
penuh perjuangan. Tak pernah kenal lelah selalu
memberikan yang terbaik, meski
terkadang kecewa selalu di dapati olehnya, namun selalu
saja senyum dan
kebaikannya yang tulus tahu bahwa ayah adalah orang
pilihan untuk terus berjuang.
Berawal dari perjuangan ayah di pagi buta yang masih
tersisa gelapnya malam,
kala itu semua orang tertidur nyenyak di ranjang dengan
udara dinginnya pagi,
namun ayah sudah bergegas mempersiapkan barang
dagangannya. Tak lupa ayah
bedoa di pagi hari itu, semoga hari ini pembeli dating
dengan ramai membeli
dagangannya. “ucapnya dalam doa”.
Setelahnya ia melanjutkan
pekerjaannya
bergelut dengan panasnya api, mendidihnya air, dan bau
amisnya ikan, tangantangan
lembutnya mulai bergerak membuat suatu pola, sedemikian
rupa dibuatnya
dengan baik dan sempurna. Keringatnya mulai bercucuran,
namun tak peduli
dengan hal itu, yang ada di benaknya hanya hari ini
adalah sukses , dan harus bisa
mencapainya.
Cerita tentang ayah tiada habisnya perjuangan ayah tidak
hanya ketika
menghidupkan keluarganya saja, namun sejak kecil ayah
sudah tinggal dengan
orang lain, yaitu dengan ayah angkatnya. Ayah
ditinggalkan oleh keluarganya sejak
kecil, hidup dengan orang lain tidak semudah dan
sebahagia itu, meskipun ayah
merasa beruntung bahwa masih ada yang mau mengasuhnya.
Kala itu ayah
bersekolah dengan keadaan terbatas. Dalam ceritanya bahwa
sebelum pergi
sekolah ayah dan teman-temannya sarapan dengan mencari
buah jatuh di rumah
tetangga, yang masih menjadi pertanyaan ayah mengapa dulu
memakan buah yang
rasanya masam tidak sakit perut., pertanyaan yang unik
yang dilontarkan ayah, dan
ketika sekolah dulu ayah pergi ke sekolah tidak dengan
alas sepatu, hanya
bermodalkan satu buku, pensil, dan penghapus bisa
dibayangkan ketika pulang
sekolah dengan berjalan tanpa memakai alas sepatu di
keadaan teriknya matahari.
Tidak heran jika kaki-kaki kecilnya melepuh dengan
panasnya matahari dalam
perjalanan menuju pulang. Hal itu tidak dibuat masalah
olehnya, “karena dengan
banyaknya teman rasa sakit itu hilang yang terpenting
kebersamaan selalu ada.”
Ucap ayah. Sepulangnya sekolah pergi ke ladang membantu
ayah angkatnya, atau
mencari uang dengan ikut bekerja dengan orang lain, waktu
bermain hanya untuk
bermain bola di sore hari dengan teman sebayanya, ketika
petang tiba dilanjutkan
untuk mengaji dan mengerjakan tugas sekolah. Ayah ketika
sekolah adalah murid
yang pintar mendapatkan peringkat pertama dari kelas 1
sampai 6. Hebat bukan !!!.
dengan keterbatasan sekolah yang serba seadanya, namun
semangat belajarnya
tinggi. Padahal saat itu sistem belajar yang guru
sampaikan tulis di papan tulis
kapur sebuah materi jika akan berganti materi, maka
materi awal langsung di hapus
begitu saja. Terkadang terlintas berpikir bahwa orang
zaman dulu daya nalarnya
tinggi juga, belajar hanya dengan setengah jam, tapi
dalam hal mengingat para
muridnya dapat menguasai materi tersebut dalam sehari.
namun sayang ketika
ayah ingin melanjutkan sekolah ke jenjang menengah harus
kandas dengan
keadaan ekonomi ayah asuhnya. Dengan berat hati ayah
tidak melanjutkan
pendidikannya. Karena pada zaman dahulu zaman nya nikah muda,
maka ayah
pun begitu. Ayah bertemu gadis satu kampung, yaitu ibu.
Dan hanya berjalan dua
bulan tanpa pacaran, hanya sekedar jalan dan jajan. Tak
lama ayah pun menikah
dengan ibu, dan ayah memutuskan untuk bekerja, berawal
dari pekerjaan di ladang,
sampai pada akhirnya kawan ayah mengajak ayah untuk
merantau di daerah
sebrang. Bermodalkan keahliannya berladang ayah pun ikut
dengan kawannya
merantau, tetapi apa yang di dapati hasil upah yang ayah
dapat tidak dapat
mencukupi kehidupan di kampung. Tak lama ayah kembali ke
kota tempat
kelahirannya, dan bertemu dengan pengusaha sukses. Ayah
ditawarkan untuk
menjadi karyawan di tempat pengusaha tersebut, dan ayah
pun mulai bekerja di
tempat kerjanya, sambil bekerja ayah belajar resep dan
membuat makanan dari
tempat kerjanya. Ayah merasa beruntung bertemu dengan
orang baik yang mau
berbagi ilmu suksesnya dengan ayah, dan ayah diberi izin
untuk mengembangkan
usahanya sendiri. Sejak itu ayah mulai merintis dengan
berjualan kecil-kecilan,
awalnya berjualan dengan memikul dagangannya. Ada satu
kejadian yang cukup
menyedihkan. Awal merintis usahanya dengan memikul
dagangan ayah mengalami
kecelakaan dijalan yang mengakibatkan mangkuk-mangkuk dan
makanan yang
dibawanya berhamburan dan pecah. Ayah mengalami kerugian ”belum
mendapat
keuntungan sudah mendapat rugi” ucap ayah. Perjuangan ayah tidak putus sampai
disitu, karena kejadian itu ayah tetap melanjutkan
usahanya itu, sampai pada
akhirnya ayah dapat membeli sebuah toko untuk berjualan
tetap. Sampai pada
akhirnya ayah memiliki karyawan yang cukup banyak, dan
ayah sangat baik
memperlakukan karyawannya, sampai-sampai karyawan ayah
bisa membeli motor,
karena kebaikannya ayah selalu disegani oleh oarng
banyak, sampai terkadang
anaknya pun dikenal orang, terlebih orang pasar, siapa
yang tak kenal ayah yang
baik hati ini.
.Selama 30 tahun perjuangan ayah bergelut dengan
keringatnya, jatuh sampai
bangun kembali merintih usahanya sampai pada saat ini
membuahkan hasil yang
manis, kehidupannya lebih baik. Ayah tersenyum dan
menangis melihat sebuah
harapan akhirnya dapat tercapai, namun senyum ayah belum
selesai sampai disitu,
masih banyak yang ayah tanggung, yaitu menyekolahkan
anak-anaknya sampai ke
jenjang pendidikan tinggi, karena ayah berkaca diri
semasa dulu ayah tidak dapat
melanjutkan pendidikan karena tidak memiliki cukup biaya,
maka saatnya ayah
memberi fasilitas lebih kepada ayahnya, agar anaknya
dapat bersekolah dengan
pendidikan yang lebih baik darinya. Cita-cita ayah
sederhana, hanya ingin melihat
anaknya lulus sekolah sampai pendidikan tinggi, ” agar tidak mudah
dibodohi dan
dibohongi orang, terlebih ayah tidak suka jika anaknya di
caci maki oleh orang lain,
cukup ayah yang merasakan hal tersebut”.
Ucap ayah. Ayah
perjuanganmu sangat
besar, bahkan tak bisa terbalaskan oleh pengorbananku
yang hanya sekedar
belajar di kelas, panas, dingin, sesakit apapun jiwa
ragamu, kau tak pernah lelah
berjuang. Ayah semoga kau bisa memaafkan kesalahan orang
lain, memaafkan
perkataan orang banyak yang menacaci maki, yang merendahkan
mu tanpa melihat
awal perjuangan, dan sabar dalam menghadapi sebuah
kekecewaan. Ayah
pengorbananmu tak akan pernah terlupa oleh semua
keluargamu, karena dirimu
adalah
pahlawan yang terbaik.
Komentar
Posting Komentar